Masde Anima Story #3 Kisah Sedih Berujung Bahagia si Ulat

Haloo semua! Welcome to the thread ketiga dari Masde AnimaStory. Hari ini saya akan menceritakan sebuah cerpen tentang kisah sedih berujung bahagia si ulat, simak terus yaa teman-temanku semua.


Alkisah di sebuah hutan, hiduplah seekor ulat dan teman-temannya yaitu semut dan kumbang. Mereka hidup secara damai bersama-sama. Ulat tinggal diatas pohon jati sedangkan semut dan kumbang tinggal di sebuah sarang dibawah tanah yang telah mereka buat bersama.


Mereka saling bahu-membahu apabila ada masalah seperti diserang hewan lain atau rumahnya rusak diterjang hujan. Mereka tak peduli siapa mereka apakah hewan yang cepat atau yang lambat mereka selalu bersama.


Suatu ketika, Kelelawar datang menghampiri mereka bertiga yang sedang asik makan di atas pohon jati, kelelawar datang dengan maksud untuk menyampaikan undangan berupa kenduri pada malam besok.


“Hai kalian semua, maaf mengganggu kalian makan, aku ingin mengundang kalian untuk datang ke pesta kenduri besok malam” ucap kelelawar.
“Wah ada kenduri! Siapa tuh yang mengadakan pesta kenduri?” tanya ulat.
“Aku lah, nanti disana akan ada banyak makanan. Kalian wajib datang ya! Soalnya akan ramai yang datang besok malam” balas kelelawar.
“oke kelelawar” sahut mereka bertiga.


Si ulat dan teman-temannya pun sepakat untuk menghadiri acara kenduri besok malam, sembari menghabiskan makanan mereka si ulat merasa tidak yakin bahwa dirinya bisa menghadiri pesta kenduri tepat waktu dikarenakan dirinya yang tidak bisa berjalan cepat.
“Eh sepertinya aku tidak bisa ikut ke pesta kenduri, jalan aku lambat dan rumah kelelawar pun cukup jauh dari sini” ucap ulat.


“Jangan begitu ulat kau juga harus datang, ingat kata kelelawar tadi kalau dia mengundang kita bertiga untuk datang ke kenduri dia” balas kumbang.
“Kau boleh berangkat lebih awal agar tidak terlambat datang, biar kami yang agak terlambat tidak apa-apa” balas semut.
“Oke terimakasih sarannya, aku akan ikut kenduri besok” jawab ulat.


Pada hari besoknya pukul 2 siang hari, si kumbang dan semut mendatangi rumah si ulat dengan maksud untuk mengingatkan si ulat agar tidak terlambat datang ke kenduri. Namun ketika mereka tiba di rumah si ulat mereka tidak mendengar suara si ulat. Mereka mengetuk pintu rumah si ulat selama 5 kali pun tidak ada balasan, akhirnya si kumbang dan semut berangkat ke kenduri duluan. Mungkin mereka mengira si ulat sudah jalan lebih dulu.


“Hmm aku kira ulat akan jalan bareng kita jam 2 ini, ternyata dia lebih cepat berangkatnya dibanding kita” ucap kumbang.
“Iya lah, dia begitu semangat mengikuti kenduri itu dan tidak ingin terlambat” balas si semut.


Ternyata dugaan mereka salah, si ulat masih tertidur dan bangun pukul 5 sore hari. Ulat yang kaget langsung bersiap-siap menuju kenduri. Namun, dalam benaknya merasa bahwa ia tak mungkin sampai di kenduri tepat waktu, tapi karena ia sudah berjanji akan mendatangi kenduri, ia pun tetap berjalan menuju kenduri meski ia tahu akan tiba terlambat.


Tibalah si ulat di rumah si kelelawar pukul 9 malam hari tempat kenduri dilaksanakan. Dia merasa bingung karena suasana sepi dan sebagian tempat sudah dibersihkan. Si ulat bertanya kepada belalang karena dia sedang membersihkan sisa-sisa pesta kenduri.
“Hai belalang, kok disini sudah sepi? Apakah yang lain belum pada hadir?” tanya si ulat.
“Hai ulat, mereka sudah pada pulang, lah kau? Baru saja tiba kah?” balas belalang dengan ekspresi yang bingung.


“Iya aku baru saja tiba. Jadi yang lain sudah pada pulang ya? Okedeh kalau gitu aku kembali lagi saja kerumahku” ucap ulat.
“Maaf ya ulat karena kendurinya sudah selesai jam 8 tadi” balas belalang.
“Iyat tidak apa-apa belalang” sahut si ulat.
Ulat pun pulang kembali kerumah dengan sedih, dengan wajah yang murung dan hati yang sedih membuat si ulat meneteskan air mata ketika pulang kerumahnya. Namun si ulat berusaha untuk menahan tangisannya.

Ketika di perjalanan pulang ia melihat ada 3 hewan yang lainnya yaitu katak, lipan, dan laba-laba. Si ulat pun menyapa mereka kemudian bertanya-tanya soal kenduri tadi.
“Hai kalian, apa kalian ikut kenduri yang diadakan oleh kelelawar tadi?” tanya ulat.
“Tentu saja kami ikut” ucap lipan, laba-laba dan katak.
“Apa kau ikut kenduri tadi ulat?” tanya lipan
“Tidak, aku datang terlambat tadi dan ketika aku sudah sampai ternyata sudah sepi” jawab ulat.


“Kasian sekali kamu ulat” balas katak.
“Wajarlah dia terlambat, pasti kamu berangkatnya terlalu sore dan akhirnya kamu tiba terlambat.” ucap laba-laba dengan nada menyindir.
“Eh sudahlah laba-laba jangan berkata seperti itu, kasian si ulat” ucap katak.
“Biarlah, biar tau bagaimana kondisi dia. Sudah tau itu kan kesalahan dia, sekarang mau kita apakan si ulat? Sudahlah aku kehabisan waktu bersama kalian, aku mau pulang duluan” balas si laba-laba.


“Tak perlu risau ulat, maklum laba-laba sifatnya begitu. Biarkan saja dia” balas si katak.
“Iya tak apa katak, sudah ya aku mau pulang dulu” balas ulat.
“Oke hati-hati dijalan ulat” sahut katak.


Ulat melanjutkan perjalanan pulang kerumahnya dengan tangisan yang bercucuran kembali dan perasaan hati yang sakit karena dihina oleh laba-laba. Dia pun akhirnya sampai dirumahnya dan rasanya ia ingin tak keluar rumah selama beberapa hari untuk mengobati rasa sakit hatinya.


5 hari kemudian si semut dan kumbang bingung karena sudah tak melihat hidung batang si ulat. Mereka dengan penuh rasa heran pun mengunjungi rumah si ulat bermaksud untuk mengecek kondisinya.
“Cobalah kau ketuk pintu rumah si ulat itu” ucap kumbang.
“Oke” balas semut.
“Tok tok tok, ulat ayo keluar ulat kita mau makan siang nih” ucap semut.

Mereka berdua telah mengetuk rumah si ulat hampir 5 kali, dengan penuh rasa curiga dan takut terjadi apa-apa terhadap si ulat, akhirnya mereka mendobrak rumah si ulat. Kaget mereka si ulat ternyata sudah menjadi kepompong yang sebentar lagi akan menjadi kupu-kupu.


Akhirnya, si ulat pun telah berubah menjadi kupu-kupu yang indah. Si semut dan kumbang pun takjub akan keindahan sayap yang dimiliki si kupu-kupu. Mereka pun akhirnya mengobrol soal apa yang telah terjadi pada diri si ulat.
“Apa yang terjadi padamu ulat?” tanya semut.


“Aku kemaren mendatangi pesta kenduri namun aku telat sehingga sudah selesai kendurinya. Sambil jalan pulang kerumah aku merasa sakit hati dan ditengah perjalanan aku dibully oleh laba-laba soal fisikku ini. Akhirnya aku memutuskan untuk berdiam diri dirumah selama beberapa hari untuk mengobati rasa sakit hatiku. Namun ternyata secara tak sadar aku bermetamorfosis dan jadilah aku kupu-kupu yang seperti kalian lihat saat ini” balas si ulat.


“Oalah ternyata kau terlambat ya datangnya ulat, aku kira kau waktu itu berangkat duluan. Kami sudah mengetuk pintu rumahmu dan tidak ada balasan akhirnya kami berangkat duluan, aku minta maaf ya ulat” ucap si kumbang.
“Iya aku juga minta maaf” sahut si semut.
“Tak apa kawan-kawan. Mari kita keluar dan cari makan untuk siang ini” balas si kupu-kupu.


“ayo” balas semut dan kumbang.
Ketika mereka sedang mencari makan siang di hutan, tak sengaja mereka bertemu dengan laba-laba. Dan ternyata laba-laba itu yang pernah membully si ulat kala itu. Laba-laba pun juga melihat si kupu-kupu yang tubuhnya lebih besar dari tubuhnya.
“Kau dulu ulat yang pernah aku sindir bukan?” tanya si laba-laba.
“Iya betul itu aku dan sekarang aku sudah menjadi kupu-kupu” balas kupu-kupu.
“A..aku tak percaya itu, maafkan perkataanku waktu itu yang telah mencela fisikmu. Aku tak tau kalau kau sekarang menjadi kupu-kupu yang lebih besar dari sebelumnya aku lihat. Maafkan aku kupu-kupu” ucap si laba-laba dengan nada penuh penyesalan.
“Iya tak apa-apa laba-laba sudah aku maafkan, mari kita cari makan siang bersama” balas si kupu-kupu.
“Ayo” sahut si laba-laba.


Akhirnya si kupu-kupu mau berteman dengan laba-laba begitupun sebaliknya. Dan mereka sekarang ini sedang mencari makan siang untuk dimakan bersama sambil mengobrol.
Hikmah yang bisa kita petik dari cerita diatas adalah jangan mengeluh soal fisik kita yang telah diberikan oleh Tuhan, lakukanlah semaksimal mungkin apa yang bisa kita lakukan dengan fisik kita dan hiraukan saja yang mencela fisik kita karena Tuhan sudah merencanakan yang terbaik untuk kita.


The End
Penulis : Derrick Rahmadya Muhammad

Worker, Content Creator, Investor Receh

More From Author

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like